Recently Published
Most Viewed
Creating Win\u002DWin Solutions for Sustainable Landscape  Management and Green Growth  in South Sumatra Image
Policy brief

Creating Win-Win Solutions for Sustainable Landscape Management and Green Growth in South Sumatra

KELOLA Sendang (KS), an integrated sustainable landscape development project in South Sumatra, implemented targeted interventions from 2015 to 2020. The interventions were aimed at overcoming major challenges that hampered the province’s ability to conserve biologically- and ecologically important areas and reduce its greenhouse gas emissions. The challenges were: 1) widespread land conversion that threatened the province’s critically endangered wildlife (such as the Sumatran tiger and elephant) and vast peatlands; 2) a lack of financially-viable livelihoods and best management practices that would entice stakeholders away from more environmentally destructive business-as-usual activities; and 3) a lack of infrastructure for monitoring/policing of illegal activities (such as poaching and illegal land clearing). KS’s interventions were targeted at three groups: governments, companies, and communities. With governments, KS interventions were aimed at strengthening landscape governance through supporting a hierarchy of vertically integrated institutions, facilitating the establishment of regulations that enable the institutions to manage landscapes sustainably, and devising a pathway for the institutions to integrate sustainable landscape management as part of South Sumatra’s Master Plan for developing the province in support of the Governors’ Green-Growth vision. With companies, KS interventions were aimed at improving current peatland management practices covering water level management in concession lands to prevent flooding or the drying out of peatlands making them susceptible to fires, fire control for hotspots on concessions, and habitat protection and restoration. With communities, KS interventions were aimed at overcoming economic, technical, and tenurial barriers to improve people’s livelihoods.
KUPU\u002DKUPU SEMBILANG DANGKU Image
Book

KUPU-KUPU SEMBILANG DANGKU

Kupu-kupu merupakan anggota dari kelas insekta (serangga), ordo Lepidoptera (lepido: sisik, pteron: sayap), sub ordo Rhopalocera dan memiliki 2 superfamili yaitu Papilionoidea dan Hesperiioidea. Papilionoidea terdiri dari 5 Famili yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Riodinidae dan Lycaenidae dianggap sebagai kupu-kupu sejati (true butterfly) karena memiliki corak warna yang lebih menarik dan beragam. Sementara Hesperiioidea hanya memiliki satu famili yaitu Hesperiidae lebih monoton, memiliki bentuk antena yang berbeda (saling berjauhan, bersudut) dan bersifat krepuskular (aktif pada senja hari). Habitat yang baik dengan faktor fisik yang optimum menjadi faktor terpenting dari keberadaan kupu-kupu. Perubahan lingkungan seringkali dapat terdeteksi melalui agen-agen biologis yang selanjutnya dikenal sebagai bioindikator. Tidak seperti capung yang dapat mendeteksi perubahan kualitas air, kupu-kupu justru menjadi indikator perubahan lingkungan dalam hal keanekaragaman vegetasi. Sifat kupu-kupu yang merupakan salah satu herbivor spesialis karena memiliki tumbuhan inang spesifik yang berbeda-beda dalam setiap spesiesnya. Kehilangan tumbuhan inang membuat kupu-kupu dewasa tidak dapat meletakkan telurnya sehingga siklus hidupnya terganggu atau bahkan terputus. Secara umum habitat kupu-kupu di Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku terdiri dari 2 tipe habitat yaitu habitat terbuka dan tertutup ditinjau dari tutupan vegetasi yang ada. Setidaknya 65 jenis kupu-kupu didapatkan selama penelitian di kedua kawasan dengan beberapa lokasi survei. Dari jenis kupu-kupu yang berhasil terdata tersebut, diketahui beberapa jenis kupu-kupu dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas lingkungan khususnya dalam hal gangguan lingkungan. Kupu-kupu tersebut yaitu Polyura hebe, Ypthima horsfieldi. Jenis-jenis tersebut memiliki preferensi habitat yang tinggi sehingga kehadirannya pada suatu habitat menjadi indikator bahwa habitat tersebut belum terganggu. Kupu-kupu tersebut hanya ditemukan pada tipe habitat tertutup sehingga sangat minim gangguan. Sebaliknya Papilio demoleus dan Eurema hecabe menunjukkan keterkaitan yang erat dengan beberapa variabel lingkungan yang mencirikan habitat terganggu. Selain itu, jenis kupu-kupu Acraea terpsicore hanya ditemukan pada habitat terbuka, dan berbatasan dengan perkebunan sawit.
Capung KELOLA Sendang  Image
Book

Capung KELOLA Sendang

IKAN\u002DIKAN AIR TAWAR SEMBILANG DANGKU Image
Book

IKAN-IKAN AIR TAWAR SEMBILANG DANGKU

Capung KELOLA Sendang  Image
Capung KELOLA Sendang  Image
Book

Capung KELOLA Sendang

IKAN\u002DIKAN AIR TAWAR SEMBILANG DANGKU Image
IKAN\u002DIKAN AIR TAWAR SEMBILANG DANGKU Image
Book

IKAN-IKAN AIR TAWAR SEMBILANG DANGKU

Suggested For You
Project Implemented by ZSL Image
Factsheet

Project Implemented by ZSL

A Partnership Model for Sustainable Landscape Management LEADS TO: Reducing GHG Emissions, Revitalising Biodiversity, Creating Sustainable Economic Growth, Increasing Knowledge & Awareness
Book

TUMBUHAN HUTAN RAWA GAMBUT MERANG KEPAYANG

TUMBUHAN HUTAN RAWA GAMBUT MERANG KEPAYANG Image
Book

KELOLA Sendang - A Project Narrative

KELOLA Sendang \u002D A Project Narrative Image
Factsheet

Bear Friendly Honey

Bear Friendly Honey Image
Factsheet

Dudung the Lucky Elephant

Dudung the Lucky Elephant Image