@book{KUPUKUPUSEMBILANGDANGKU, author = {Doni Setiawan and Indra Yustian and Guntur Pragustiandi and Ina Aprilia and Muhammad Iqbal}, editor = {Fikty Aprilinayati}, title = {KUPU-KUPU SEMBILANG DANGKU}, publisher = {Zoological Society of London (ZSL) Indonesia}, day = {8}, month = {4}, year = {2020}, abstract = {Kupu-kupu merupakan anggota dari kelas insekta (serangga), ordo Lepidoptera (lepido: sisik, pteron: sayap), sub ordo Rhopalocera dan memiliki 2 superfamili yaitu Papilionoidea dan Hesperiioidea. Papilionoidea terdiri dari 5 Famili yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Riodinidae dan Lycaenidae dianggap sebagai kupu-kupu sejati (true butterfly) karena memiliki corak warna yang lebih menarik dan beragam. Sementara Hesperiioidea hanya memiliki satu famili yaitu Hesperiidae lebih monoton, memiliki bentuk antena yang berbeda (saling berjauhan, bersudut) dan bersifat krepuskular (aktif pada senja hari). Habitat yang baik dengan faktor fisik yang optimum menjadi faktor terpenting dari keberadaan kupu-kupu. Perubahan lingkungan seringkali dapat terdeteksi melalui agen-agen biologis yang selanjutnya dikenal sebagai bioindikator. Tidak seperti capung yang dapat mendeteksi perubahan kualitas air, kupu-kupu justru menjadi indikator perubahan lingkungan dalam hal keanekaragaman vegetasi. Sifat kupu-kupu yang merupakan salah satu herbivor spesialis karena memiliki tumbuhan inang spesifik yang berbeda-beda dalam setiap spesiesnya. Kehilangan tumbuhan inang membuat kupu-kupu dewasa tidak dapat meletakkan telurnya sehingga siklus hidupnya terganggu atau bahkan terputus. Secara umum habitat kupu-kupu di Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku terdiri dari 2 tipe habitat yaitu habitat terbuka dan tertutup ditinjau dari tutupan vegetasi yang ada. Setidaknya 65 jenis kupu-kupu didapatkan selama penelitian di kedua kawasan dengan beberapa lokasi survei. Dari jenis kupu-kupu yang berhasil terdata tersebut, diketahui beberapa jenis kupu-kupu dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas lingkungan khususnya dalam hal gangguan lingkungan. Kupu-kupu tersebut yaitu Polyura hebe, Ypthima horsfieldi. Jenis-jenis tersebut memiliki preferensi habitat yang tinggi sehingga kehadirannya pada suatu habitat menjadi indikator bahwa habitat tersebut belum terganggu. Kupu-kupu tersebut hanya ditemukan pada tipe habitat tertutup sehingga sangat minim gangguan. Sebaliknya Papilio demoleus dan Eurema hecabe menunjukkan keterkaitan yang erat dengan beberapa variabel lingkungan yang mencirikan habitat terganggu. Selain itu, jenis kupu-kupu Acraea terpsicore hanya ditemukan pada habitat terbuka, dan berbatasan dengan perkebunan sawit. }, place = {Bogor}, edition = {1}, isbn = {978-623-92487-4-1}, }